Ilmuwan mengembangkan metode baru untuk mengamati Exo Planet di sistem
tata surya lain. Teknik termutakhir itu diyakini bisa menjaring
planet-planet bermassa kecil serupa bumi.
Exo Planet sejauh ini lebih sering memicu kerutan di dahi ilmuwan
ketimbang menciptakan sensasi. Bumi kedua yang selama ini diincar belum
ditemukan. Sebaliknya astronom mengungkap dunia ajaib yang lebih mirip
neraka, panas dan tidak ramah bagi kehidupan.Untuk mengakalinya dunia astronomi mengembangkan metode baru untuk membedakan massa sebuah expo planet. Metode tersebut menggunakan orbit benda langit bersangkutan. Jika planet itu memiliki atmosfer, maka ia akan memfilter cahaya induk tatasuryanya untuk sesaat ketika mengorbit.
Dari data yang didapat ilmuwan mengklaim bisa menentukan radius dan campuran gas yang membentuk atmosfer planet, serta kepadatan molekul di dalam atmosfer dan temperaturnya. Berdasarkan informasi tersebut bisa ditentukan massa planet yang bersangkutan dengan lebih akurat.
Mengamati planet kecil
Sejauh ini ilmuwan menggunakan metode yang disebut Spektroskopi Doppler untuk mengukur massa exo planet. Metode ini mengukur gerakan bintang induk yang bereaksi terhadap gaya gravitasi planet yang mengitarinya. Dalam kasus semacam itu, panjang gelombang cahaya yang terpancar dari bintang tersebut akan berubah secara berkala.
Lebih dari setengah Exo Planet yang dikenal saat ini ditemukan melalui metode Spektroskopi Doppler. Metode lain yang digunakan adalah mengukur perubahan pancaran cahaya ketika sebuah planet mengorbit induk tata suryanya.
Perkaranya metode semacam itu lebih sering menjaring planet-planet raksasa yang serupa atau melebihi massa Jupiter atau Saturnus. Ilmuwan selama ini kesulitan menemukan planet bermassa kecil seperti bumi, atau jika induk tata suryanya memancarkan cahaya redup.
Fase baru pengamatan Exo Planet
Metode baru yang disebut Spektroskopi Massa itu bisa melengkapi metode-metode pengamatan Exo Planet yang selama ini digunakan ilmuwan. Metode baru ini menurut Sara Seager, Professor Astonomi di Massachusetts Institute of Technology (MIT), cocok untuk mengamati planet gas atau planet yang memiliki atmosfer tipis seperti Bumi.
Sang professor berharap, metode baru tersebut bisa mengawali fase baru pengamatan sistem tata surya di luar angkasa. Menurutnya, fokus penelitian dalam beberapa tahun ke depan adalah "mengamati sebagian obyek langit yang paling berpotensi menampung kehidupan". Dan massa sebuah planet berperan besar untuk menemukan Exo Planet serupa bumi.
Kendati begitu Seager mengatakan, planet batuan cuma bisa diamati dengan lebih akurat melalui teleskop masa depan. Salah satunya adalah teleskop luar angkasa James Webb yang direncanakan akan mulai beroperasi tahun 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar