Yogyakarta, Sayangi.com - Peristiwa terbakarnya
salah satu pohon beringin kembar alun-alun kidul Kraton Yogyakarta pada
Minggu (3/8/2014) lalu itu sontak menjadi perhatian publik. Pasalnya
mencuat mitos akan pertanda buruk yang akan terjadi setelah terbakarnya
pohon beringin yang kerap disebut Ringin Kurung itu.
Bicara
perihal beringin kembar di alun-alun Kraton Yogyakarta, baik beringin
kembar di alun-alun kidul maupun di alun-alun utara, keberadaannya
memang tak lepas dari sejumlah legenda, mitos dan kepercayaan bernilai
mistis. Beringin kembar ini dipercaya memiliki serentetan petuah hingga
petunjuk besar.
Dua beringin kurung inilah yang cukup terkenal
dengan permainan Masangin (masuk di antara dua beringin). Permainan
dilakukan pada malam hari yakni berjalan melewati daerah di antara dua
pohon yang telah berumur ratusan tahun tersebut.
Namun kedua mata
peserta harus ditutup. Meski terkesan mudah, apalagi jarak antara dua
beringin cukup lebar, namun banyak yang gagal melakukannya. Kebanyakan
peserta berjalan melenceng jauh dari tujuannya.
Permainan
Masangin ini rupanya tak sekedar permainan, permainan ini bahkan
mengandung mitos dan legenda terkait peristiwa pada masa Sri Sultan
Hamengku Buwono I bertakhta.
Legenda yang beredar di masyarakat
Yogyakarta dan Jawa sekitarnya menyebutkan, kala itu putri Sri Sultan
Hamengku Buwono I akan dipinang oleh seorang pria.
Namun karena
Sang Putri tidak mencintainya maka dia menolak secara halus dengan cara
meminta syarat jika ingin menikah dengannya maka lelaki itu harus bisa
berjalan dengan mata ditutup dari Pendopo yang ada di sebelah utara
Alun-alun Kidul melewati dua beringin kembar di tengah alun alun dan
finish di pendopo yang ada di sebelah selatan alun alun kidul. Dan apa
yang terjadi, ternyata pemuda itu gagal menembus pohon beringin kembar
tersebut.
Kemudian sang sultan memberikan sabdanya bahwa yang
bisa melewati syarat sang putri itu, hanyalah pemuda yang hatinya benar
benar bersih dan tulus.
Sampai pada akhirnya datang seorang
pemuda dari Siliwangi yang berhasil melewati rintangan yang disyaratkan
oleh Putri Sultan. Dan sang putri akhirnya dipersunting oleh pemuda
tersebut. Dan secara politik kemudian muncul suatu kekerabatan yang erat
antara Mataram dengan Kerajaan Siliwangi.
Selain itu, beberapa
mitos juga menyebut bahwa beringin kembar di Alun-alun Kidul memiliki
hubungan erat dengan laut selatan atau segoro kidul. Kepercayaan seputar
mitos yang berkembang ketika di zaman HB VI ini menyebutkan bahwa
beringin kembar di Alun-alun Kidul merupakan pintu gerbang ke laut
selatan. Pun dalam kepercayaan warga lokal, Keraton Yogya disebut-sebut
memiliki 'hubungan' spesial dengan Nyi Roro Kidul, penguasa laut
selatan.
Mungkin itu sebabnya, banyak yang meyakini bahwa dahulu
orang-orang yang hendak berbuat jahat ke Keraton Yogyakarta akan
kehilangan kesaktiannya setelah melewati kedua beringin kembar tersebut.
(SIS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar