Kamis, 18 Desember 2014

Legenda dan Mitos Beringin Kembar Alun-alun Yogyakarta

Beringin kembar di alun-alun Kraton Yogyakarta Beringin kembar di alun-alun Kraton Yogyakarta Foto: Istimewa
Yogyakarta, Sayangi.com - Peristiwa terbakarnya salah satu pohon beringin kembar alun-alun kidul Kraton Yogyakarta pada Minggu (3/8/2014) lalu itu sontak menjadi perhatian publik. Pasalnya mencuat mitos akan pertanda buruk yang akan terjadi setelah terbakarnya pohon beringin yang kerap disebut Ringin Kurung itu.

Bicara perihal beringin kembar di alun-alun Kraton Yogyakarta, baik beringin kembar di alun-alun kidul maupun di alun-alun utara, keberadaannya memang tak lepas dari sejumlah legenda, mitos dan kepercayaan bernilai mistis. Beringin kembar ini dipercaya memiliki serentetan petuah hingga petunjuk besar.

Dua beringin kurung inilah yang cukup terkenal dengan permainan Masangin (masuk di antara dua beringin). Permainan dilakukan pada malam hari yakni berjalan melewati daerah di antara dua pohon yang telah berumur ratusan tahun tersebut.

Namun kedua mata peserta harus ditutup. Meski terkesan mudah, apalagi jarak antara dua beringin cukup lebar, namun banyak yang gagal melakukannya. Kebanyakan peserta berjalan melenceng jauh dari tujuannya.

Permainan Masangin ini rupanya tak sekedar permainan, permainan ini bahkan mengandung mitos dan legenda terkait peristiwa pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono I bertakhta.

Legenda yang beredar di masyarakat Yogyakarta dan Jawa sekitarnya menyebutkan, kala itu putri Sri Sultan Hamengku Buwono I akan dipinang oleh seorang pria.

Namun karena Sang Putri tidak mencintainya maka dia menolak secara halus dengan cara meminta syarat jika ingin menikah dengannya maka lelaki itu harus bisa berjalan dengan mata ditutup dari Pendopo yang ada di sebelah utara Alun-alun Kidul melewati dua beringin kembar di tengah alun alun dan finish di pendopo yang ada di sebelah selatan alun alun kidul. Dan apa yang terjadi, ternyata pemuda itu gagal menembus pohon beringin kembar tersebut.

Kemudian sang sultan memberikan sabdanya bahwa yang bisa melewati syarat sang putri itu, hanyalah pemuda yang hatinya benar benar bersih dan tulus.

Sampai pada akhirnya datang seorang pemuda dari Siliwangi yang berhasil melewati rintangan yang disyaratkan oleh Putri Sultan. Dan sang putri akhirnya dipersunting oleh pemuda tersebut. Dan secara politik kemudian muncul suatu kekerabatan yang erat antara Mataram dengan Kerajaan Siliwangi.

Selain itu, beberapa mitos juga menyebut bahwa beringin kembar di Alun-alun Kidul memiliki hubungan erat dengan laut selatan atau segoro kidul. Kepercayaan seputar mitos yang berkembang ketika di zaman HB VI ini menyebutkan bahwa beringin kembar di Alun-alun Kidul merupakan pintu gerbang ke laut selatan. Pun dalam kepercayaan warga lokal, Keraton Yogya disebut-sebut memiliki 'hubungan' spesial dengan Nyi Roro Kidul, penguasa laut selatan.

Mungkin itu sebabnya, banyak yang meyakini bahwa dahulu orang-orang yang hendak berbuat jahat ke Keraton Yogyakarta akan kehilangan kesaktiannya setelah melewati kedua beringin kembar tersebut. (SIS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar